Depresi merupakan suatu kondisi medis-psikiatris dan bukan sekedar suatu
keadaan sedih atau perasaan yang buruk dalam diri individu, dikatakan
sebagai gangguan depresi bila kondisi depresi seseorang sampai
menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari-hari. Beberapa gejala
gangguan gepresi adalah perasaan sedih, rasa lelah yang berlebihan
setelah aktivitas rutin yang biasa, kehilangan minat dan semangat, malas
beraktivitas, tidak memiliki motivasi dan mengalami gangguan pola tidur
seperti insomnia.
Seperti diketahui bahwa Insomnia adalah
gangguan dimana penderitanya memiliki kesulitan untuk memulai tidur atau
ketidak-mampuan dalam mempertahankan tidurnya. Insomnia merupakan
keluhan gangguan tidur yang paling sering kita dengar entah di majalah,
televisi, koran atau bahkan dalam obrolan kita sehari-hari. Secara
normal manusia tidur selama 8 jam untuk mengembalikan energi yang telah
terkuras seharian, berarti jika seseorang tidur dengan waktu kurang dari
itu maka seseorang tersebut tidak mengisi kembali tenaganya dengan
penuh, sehingga rutinitas yang dijalani pada siang hari tidak berjalan
dengan semestinya.
Insomnia selama ini dipercaya sebagai bentuk
gangguan yang menyertai depresi dan berbagai macam gangguan lain seperti
kecemasan dan stres. Selama ini juga kita percaya bahwa seseorang tidak
dapat tertidur pada malam hari disebabkan oleh pikiran mereka yang
melayang jauh menerawang pada kekhawatiran tanpa sebab (kecemasan),
memikirkan kesedihan, kegagalan dan penyesalan secara berlebihan
(depresi), dan ini-itu yang dipikirkan mendalam (stres).
Namun
kini ternyata ditemukan bukti penelitian bahwa Insomnia bukan hanya
sebagai teman yang muncul bersamaan dengan kecemasan, depresi dan stres,
melainkan dimungkinkan bahwa insomnia merupakan penyebab dari depresi
itu sendiri. Hal ini diungkapkan oleh penelitian yang dilakukan oleh
peneliti dari North Carolina, Eric Johnson, yang melakukan penelitiannya
pada Research Triangle Institute International pada tahun 2006, Ia
menemukan dalam penelitiannya bahwa setengah dari remaja yang pernah
mengalami gangguan Insomnia didapati mengembangkan gangguan psikiatris.
Diantara itu semua, mereka yang mengalami Insomnia dan depresi,
ditemukan bahwa 69% dari kasus depresi diawali dengan insomnia
sebelumnya.
Michael Perlis, peneliti tentang insomnia dari
Universitas Rochester memiliki pendapat bahwa walau penyebab paling
mendasar dari insomnia dan depresi masih belum jelas, namun suatu teori
tentang neurotransmiter dapat menjelaskan mengapa Insomnia mengawali
depresi. Mengacu pada serotonin, sebuah hormon didalam otak manusia
dimana fungsinya membantu dalam pengaturan Mood dan waktu tidur, serta
berhubungan dengan suhu tubuh, nafsu makan dan berbagai macam fungsi
lain. Dimana ketika seseorang berada pada kadar serotonin yang meningkat
maka akan merasakan kantuk, kebalikannya ketika kadarnya menurun pada
waktu yang cukup panjang maka seseorang mengalami gejala Insomnia.
Selain itu juga kadar serotonin yang rendah merupakan pemicu terjadinya
depresi.
Pendapat tentang insomnia sebagai penyebab depresi masih
banyak ditentang oleh beberapa kalangan, dengan mengatakan bahwa asal
mula dari Insomnia dan depresi sebenarnya berasal dari kecemasan yang
mana memungkinkan insomnia untuk muncul terlebih dahulu sebelum depresi,
mengingat depresi sendiri membutuhkan waktu untuk berkembang.
Perdebatan dan penelitian akan terus berlanjut seperti menebak mana yang
lebih dahulu ada antara ayam dan telur. Namun keterkaitan antara
insomnia dan depresi sendiri jelas tidak tersangkalkan.
Berpegang
pada bukti yang diperoleh tentang tidur, dimana tidur yang bermasalah
jika berlangsung secara terus menerus dapat menumbuh-kembangkan gangguan
depresi, dan juga kebalikannya tidur secara teratur dan cukup dapat
melawan kemungkinan seseorang untuk mengalami gangguan mood. Selain itu
juga insomnia lebih mudah untuk dihilangkan daripada merawat depresi,
dengan demikian maka dengan berusaha untuk tidur secara teratur dapat
menjadikan kita untuk lebih terhindar dari berbagai macam gangguan lain.
Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan untuk menghindari kesulitan tidur:
1. Menghindari kopi (kafein) sebelum waktu tidur.
2. Menghindari rokok sebelum waktu tidur.
3. Berolahraga secara teratur.
4. Mengatur waktu tidur.
5. Tidak mengkonsumsi alkohol sebelum tidur.
6. Mengurangi tidur siang.
7. Mereduksi kecemasan dengan beragai cara seperti relaksasi.
8. Tidak hanya diam saat anda tidak dapat tidur, seperti membaca buku, mendengarkan musik, menonton televisi.
9. Tidurlah sampai matahari terbit, diakarenakan berdasar pada ritme arcardian tubuh bereaksi terhadap cahaya terang.
10. Jika terjadi secara terus menerus maka hubungilah dokter atau ahli kesehatan kepercayaan Anda.
Melakukan
tindakan sebelum berkembangnya gangguan tidur seperti insomnia yang
bersifat kronis, yang juga dapat menujukan pada keadaan depresif, maka
mengambil tindakan lebih awal dalam mengatur irama tidur adalah penting
untuk dilakukan, mengingat kembali bahwa menangani gangguan tidur adalah
lebih mudah daripada menangani gangguan depresi. Seperti dilaporkan,
tentang perkembangan gejala depresi adalah terjadinya perubahan dalam
mood, perubahan dalam perhatian dan yang terakhir adalah perubahan dalam
pola tidur. Dengan demikian dengan berusaha selalu untuk mendapatkan
tidur berkualitas pada setiap malam secara teratur dapat membantu kita
menjadi manusia yang baik dalam beraktifitas dikeseharian, secara
optimal dan sehat baik itu secara fisik maupun psikologis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar