"Past Life": Menguak Kehidupan Lampau
Kehidupan lampau kita menyimpan banyak rahasia, yang terkait erat dengan keadaan kita di masa kini.
Beragam
trauma di kehidupan lampau bisa menjadi penyebab berbagai persoalan
yang dihadapi sekarang. Lewat regresi atau pengingatan ke kehidupan
lampau (past life regression) masalah itu bisa diatasi.
Seorang
dosen ilmu komunikasi di Jakarta, sebut saja Agnes (45), bercerita.
Sejak kecil ia sering merasa akan mati pada usia 28 tahun, sehingga
membuatnya takut menikah. Selain itu, ia sering merasakan sakit di perut
kanan bawah. Rasa sakit ini tidak terlalu jelas karena hilang timbul.
Nyeri dan rasa mengganjal agaknya cocok untuk mengidentifikasi rasa
sakit itu.
Untung keadaan ini tidak terlalu mengganggu,
tetapi Agnes penasaran. Sebenarnya ada apa dengan perutnya? Saat ke
dokter dan dari pemeriksaan laboratorium, penjelasan yang diterimaa
tidak memuaskan. Kata dokter tidak ada masalah apa-apa pada organ hati
maupun ginjalnya.
Secara tak sengaja ia mengikuti sesi
terapi hipnosis dengan psikologi Pamugari Widyastuti yang mendalami
terapi regresi. Tidak diduga, hipnosis yang dijalani membawa Agnes
berkelana ke kehidupan lampau. Tak tanggung-tanggung, ke sekitar tahun
1850-an di Batavia. Agnes melihat dirinya adalah seorang noni Belanda
(ia sekarang perempuan Jawa) yang meninggal di usia 28 tahun karena
sakit lever.
Seperti dalam film, Agnes melihat tubuhnya
berbalut gaun serba putih terbaring di atas meja di depan altar gereja
yang dipenuhi bunga warna putih. Saat itu Agnes merasa melihat suaminya
muncul dari pintu samping dikawal dua tentara, datang mendekat. “Saya
bilang kepadanya, "Sorry schat ...karena saya pergi lebih dulu,” cerita
Agnes.
Namun, apa daya, kata itu tak bisa terucap karena
ia sudah terbujur kaku. “Saya mati ngenes karena suami saya ditangkap
dan dijebloskan ke penjara saat kami sedang mengadakan pesta dan hidup
bahagia. Suami saya seorang pemberontak,” tambahnya.
Cerita
kematian ini hanya sepotong. Kisah yang dilihat Agnes lebih menarik.
Baginya, perjalanan memasuki kehidupan lampau itu sangat menggairahkan
dan mengasyikkan, walau pengalaman itu mengharukan.
Beberapa
waktu setelah sesi terapi yang berlangsung tak lebih dari satu jam ini,
Agnes mengatakan pada teman-temannya kalau nyeri di perut kanan
bawahnya sudah hilang. Aneh juga, pikirnya. Apakah karena terapi itu?”
tanyanya kepada terapis.
Jawabannya, “Ya, sakit itu hanya memori kehidupan lampau yang terbawa hingga sekarang.”
Kuncinya Pengertian
* Cerita Agnes, meski tidak sedetail seperti yang ia alami, bukanlah rekaan. Banyak orang telah mengalaminya.
Sebutlah
Nano yang sembuh dari sakit kepala menahun setelah tahu bahwa dulu ia
tentara Jerman yang mati tertembak. Atau, Aline yang tidak lagi memiliki
keluhan nyeri di leher bagian belakang setelah tahu bahwa dulu ia mati
dipenggal.
Anda mungkin tidak percaya. Bisa jadi karena
terapi model ini masih sangat jarang dikerjakan di Indonesia dan tidak
banyak orang yang bisa melakukannya. Namun, bila kita membaca buku-buku
karya para penulis (umumnya psikiater) dari luar negeri, khususnya dari
Amerika Serikat dan Eropa, dan berselancar di internet, akan banyak
ditemui cerita mengenal terapi yang disebut past life therapy ini.
Beberapa
penulis seperti Brian L. Weiss, MD, dengan bukunya yang terkenal Many
Lives, Many Masters, Through Time Into Healing, Only Love Is Real,
Michael Newton, Ph.D. dengan bukunya Journey of Souls, Destiny of Souls,
dan pakar hypnotherapi dari Selandia Baru, Richard Webster, dengan
bukunya Practical Guide to Past Life Memories, Soul Mates; Relationships
Across Time, banyak bercerita dan mengulas persoalan terapi dengan
memasuki kehidupan lampau ini.
Terapi past life, menurut
Brian Weiss, Kepala Departemen Psikiatri di Mount Sinai Medical Center,
Miami Beach, Florida, AS, dan penulis buku past life yang telah
diterjemahkan dalam 30 bahasa, adalah teknik penyembuhan yang melibatkan
klien untuk kembali mengalami kehidupan masa lalunya, entah saat masa
kecil, saat di kandungan, dan terutama saat ia hidup di berbagai
kehidupan yang berbeda dengan hidupnya kini, bisa ratusan bahkan ribuan
tahun lampau.
Menurut Brian, kebanyakan orang memasuki
hidup lampaunya lewat hipnosis. Beberapa cara lain bisa juga ditempuh,
misalnya meditasi atau pengalaman spontan seperti déjà vu (bila orang
merasa pernah bertemu atau kenal dengan suatu tempat atau orang
tertentu, padahal sebelumnya tidak pernah bertemu atau berkunjung).
Mimpi bisa jadi cara untuk mengalami past life.
Seperti
yang dialami Agnes, terapi past life yang dijalankan Brian dapat
membantu orang untuk menghilangkan gejala-gejala kronis lainnya seperti
fobia, kepanikan, mimpi yang menyeramkan, takut akan sesuatu yang tidak
bisa dijelaskan, kegemukan, relasi yang cenderung rusak dan berulang
dengan orang lain, sakit fisik, dan penyakit tertentu yang tak
tersembuhkan.
Past life, menurut Brian, membuat orang
kembali sadar dan ingat akan pengalamannya. Pengalaman itu muncul dengan
sendirinya tanpa diperintah. Ketika sampai pada suatu masa, kita akan
bisa melihat, merasakan hati, dan ikut terlibat dengan diri sendiri atau
orang-orang yang kita lihat dalam rekaman film pikiran kita itu.
Ingatan
ini akan menjadikan orang mengerti betul apa yang dialaminya. “Mengerti
adalah kunci terapi ini. Pengertian ini yang menyembuhkan. Pengertian
melenyapkan ketakutan dan membuka jendela di mana cinta akan muncul dan
melenyapkan segala keraguan dan kecemasan serta menyegarkan jiwa dan
memelihara relasi,” ungkap Brian.
Yang hendak dituju terapi ini yakni mengingat dan membangkitkan masa lampau kita, hingga segala trauma lenyap dengan sendirinya.
Tak Perlu Percaya Reinkarnasi
* Untuk mengalami terapi ini, Anda tidak perlu percaya reinkarnasi.
“Jika Anda mau, Anda bisa percaya bahwa segalanya merupakan kiasan dan terapi tetap bisa berjalan,” ujar Brian.
Satu
contoh kisah datang saat musim semi tahun 1996. Waktu itu Brian berada
di sebuah pertunjukan Maury Povich. Ia memberikan terapi regresi seperti
biasa pada beberapa orang. Kamera televisi merekam aktivitas itu. Salah
seorang yang ikut sesi regresi bernama Jim, musisi yang juga veteran
perang Vietnam.
Brian sama sekali belum pernah bertemu
Jim. Setelah diberi penjelasan mengenai apa yang hendak dilakukan dan
kamera siap menyorotnya, Jim menyatakan bahwa dia belum pernah
dihipnosis dan tidak pernah punya pengalaman dengan terapi past life,
apalagi tahu dan percaya soal reinkarnasi, tetapi dia ingin mencoba.
Beberapa
menit kemudian, Jim sudah berada dalam kondisi terhipnosis. Ia tidak
terganggu oleh adanya kamera. Lalu, mulutnya mulai mengeluarkan
kata-kata, “Saya sedang menunggang kuda dan saya adalah seorang
tentara.”
“Kami berada di Dakota.. .Ada banyak Indian dan
kami hendak disembelih oleh para Indian itu.. . .Saya sedang mencoba
meyakinkan istriku bahwa kami mati dengan hormat .... meski tampaknya
tidak demikian.”
Air mata mulai mengalir ke pipi Jim. Kesedihan dan kemurungannya tampak sekali di wajahnya.
“Ada Gary di sana,” tambah Jim. Seulas senyum muncul di mukanya yang sedih. Gary adalah sahabat Jim dalam kehidupan sekarang.
“Kamu mengenalinya?” tanya Brian. Ya,” jawab Jim, “temanku Gary”.
“Apakah dia juga satu kelompok dengan kalian?’ tanya Brian.
“Ya,” senyum tampak di wajah Jim sambil air matanya terus mengalir.
‘Oke,” tambah Brian “Apakah kamu tetap hidup?’ tanya Brian.
"Tidak!”
“Apa yang terjadi padamu?’
“Mereka mengambil rambutku, menguliti kepalaku,” jawab Jim.
“Apa yang kau lihat?’
Suara Jim kian sedih. “Sungguh mengerikan....menyedihkan.”
Setelah
Brian selesai dengan sesi singkat itu dia bertanya, “Apa yang sekarang
bisa kamu pelajari dari semua itu?” Sejenak diam, sambil sedikit
mengingat pengalamannya yang luar biasa, Jim menjawab, kadang dia
menjadi korban, kadang menjadi pembunuh. Akhirnya terdengar
kata-katanya, “Hidup begitu suci dan tidak ada alasan untuk membunuh
siapa pun!”
Jadi, meski Jim tidak percaya reinkarnasi atau
belum pernah ikut sesi past life, dia tetap saja mengalami. Bahkan,
lewat proses mengingat dan mengerti pengalamannya di akhir abad ke-19
itu, Jim mendapatkan pencerahan. Ia sadar bahwa hidup ini suci.
Terapi
ini tak hanya menyembuhkan fisik, tetapi juga mental dan jiwa kita,
lewat bangkitnya kesadaran yang lebih tinggi mengenai hidup.
Glenn Ford ¨C Kemampuan bahasa asing yang misterius.
Salah
satu kasus yang tercatat adalah Glenn Ford, seorang bintang Hollywood
yang terkenal. Dalam keadaan terhipnotis, ia mengingat kembali 5
kehidupan masa lalunya ¨C salah satunya adalah sebagai seorang anggota
pasukan berkuda Prancis saat di bawah pemerintahan Louis XIV.
Hal
yang mengejutkan adalah bahwa meskipun Ford berkata bahwa ia hanya tahu
sedikit kata-kata dalam bahasa Perancis, saat dalam pengaruh hipnotis
dia berbicara dalam bahasa Perancis dengan lancer/mudah saat
menggambarkan kehidupannya.
Dan saat rekaman regresi ini dikirim
ke UCLA (University of California), mereka menemukan bahwa Ford tidak
hanya berbicara bahasa Perancis dengan lancar, kenyataannya adalah ia
berbicara dengan dialek orang Paris dari abad ke 17.
Glenn Ford?.. adalah seorang actor holywood kelahiran Kanada.
Jane Evans - unexplained knowledge of 12th century Jewish history
Jane
Evans, seorang ibu rumah tangga di Wales, setuju kalo saat-saat regresi
kehidupan lampaunya di filmkan oleh Amell Bloxham seorang praktisi
hypnoterapi yang di hormati dan sebagai presiden dari the British
Society of Hypnotherapists
Ia semula berkonsultasi dengan Amel
Bloxham tentang penyakit rematiknya dan dalam pengaruh hipnotis, ia
menceritakan 7 kehidupan lampaunya?. Termasuk salah satunya ¨C dimana
pristiwa regresi itu di tampilkan di televisi ¨C di mana ia
memperkenalkan dirinya sebagai seorang wanita Yahudi yang hidup di kota
York pada abad ke 12 di Inggris.
Ia menjelaskan banyak
detil-detil kehidupan orang Yahudi pada waktu itu dan bagaimana ia dan
orang-orang Yahudi local dipaksa untuk menggunakan lencana/tanda sebagai
identitas mereka.
Profesor Barrie Dobson, seorang ahli
sejarah Yahudi di York University, di undang untuk mengecheck informasi
dari memori Jane Evans. Professor Dobson mendapatkan bahwa gambaran
Evans tentang kehidupan orang Yahudi di abad 12 keakuratannya sungguh
mengesankan dan kenyataannya Dobson yakin bahwa beberapa detil yang
diceritakan Evans hanya diketahui oleh sejarahwan professional.
Bagaimanapun ada juga beberapa hal yang kelihatannya kurang tepat.
Pertama, bukan sampai abad ke 13 (tepatnya 1215) bahwa otoritas gereja
di Roma memutuskan bahwa orang-orang Yahudi di negeri Kristen harus
memakai tanda pengenal khusus. Kedua, dari gambaran Janes, gereja yang
diceritakan dulunya sebagai St. Mary¡¯ Castlegate, tapi tidak memounyai
ruang bawah tanah.
Bagaimanapun juga, penyelidikan lebih
jauh mengungkapkan bahwa praktek pemakaian tanda pengenal khusus oleh
orang Yahudi sudah menyebar jauh ke Inggris selama abad ke 12 sebelum
keputusan gereja. Kemudian yang menakjubkan lagi, beberapa bulan
kemudian, saat renovasi gereja (St. Mary Castlegate) dilakukan, sebuah
kamar/rongga yang disegel/ditutup rapat ditemukan di bawah lantai yang
kelihatannya dulu adalah ruang bawah tanah ¨C sungguh sebuah fenomena
yang jarang ada untuk sebuah gereja di wilayah itu.
Jadi,
regresi dirinya tidak hanya memperjelas detil-detil tersembunyi yang
semula cukup akurat secara sejarah, tetapi juga memberikan informasi
baru bersejarah yang sebelumnya tidak tercatat dalam sejarah.
Jenny Cockell - did she find her children from a past life?
Jenny
Cockell sebelumnya selalu dihantui oleh mimpi seperti ingatan dari
kehidupan lampau di mana ia hidup sebagai orang wanita Irlandia muda
yang bernama Mary Sutton ¨C yang sudah meninggal dua decade lampau
sebelum Cockell lahir, meninggalkan 8 orang anak.
Setelah
bertahun-tahun meyelidiki petunjuk-petunjuk yang di berikan dalam
ingatannya, akhirnya ia menemukan anak-anak Mary Sutton dan menulis buku
mengenai pengalamannya itu, Across Time and Death : A Mother Search for
Her Past Life Children.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar