Senin, 13 Februari 2012

PAST LIFE REGRESSION

"Past Life": Menguak Kehidupan Lampau

Kehidupan lampau kita menyimpan banyak rahasia, yang terkait erat dengan keadaan kita di masa kini.

Beragam trauma di kehidupan lampau bisa menjadi penyebab berbagai persoalan yang dihadapi sekarang. Lewat regresi atau pengingatan ke kehidupan lampau (past life regression) masalah itu bisa diatasi.

Seorang dosen ilmu komunikasi di Jakarta, sebut saja Agnes (45), bercerita. Sejak kecil ia sering merasa akan mati pada usia 28 tahun, sehingga membuatnya takut menikah. Selain itu, ia sering merasakan sakit di perut kanan bawah. Rasa sakit ini tidak terlalu jelas karena hilang timbul. Nyeri dan rasa mengganjal agaknya cocok untuk mengidentifikasi rasa sakit itu.

Untung keadaan ini tidak terlalu mengganggu, tetapi Agnes penasaran. Sebenarnya ada apa dengan perutnya? Saat ke dokter dan dari pemeriksaan laboratorium, penjelasan yang diterimaa tidak memuaskan. Kata dokter tidak ada masalah apa-apa pada organ hati maupun ginjalnya.

Secara tak sengaja ia mengikuti sesi terapi hipnosis dengan psikologi Pamugari Widyastuti yang mendalami terapi regresi. Tidak diduga, hipnosis yang dijalani membawa Agnes berkelana ke kehidupan lampau. Tak tanggung-tanggung, ke sekitar tahun 1850-an di Batavia. Agnes melihat dirinya adalah seorang noni Belanda (ia sekarang perempuan Jawa) yang meninggal di usia 28 tahun karena sakit lever.

Seperti dalam film, Agnes melihat tubuhnya berbalut gaun serba putih terbaring di atas meja di depan altar gereja yang dipenuhi bunga warna putih. Saat itu Agnes merasa melihat suaminya muncul dari pintu samping dikawal dua tentara, datang mendekat. “Saya bilang kepadanya, "Sorry schat ...karena saya pergi lebih dulu,” cerita Agnes.

Namun, apa daya, kata itu tak bisa terucap karena ia sudah terbujur kaku. “Saya mati ngenes karena suami saya ditangkap dan dijebloskan ke penjara saat kami sedang mengadakan pesta dan hidup bahagia. Suami saya seorang pemberontak,” tambahnya.

Cerita kematian ini hanya sepotong. Kisah yang dilihat Agnes lebih menarik. Baginya, perjalanan memasuki kehidupan lampau itu sangat menggairahkan dan mengasyikkan, walau pengalaman itu mengharukan.

Beberapa waktu setelah sesi terapi yang berlangsung tak lebih dari satu jam ini, Agnes mengatakan pada teman-temannya kalau nyeri di perut kanan bawahnya sudah hilang. Aneh juga, pikirnya. Apakah karena terapi itu?” tanyanya kepada terapis.

Jawabannya, “Ya, sakit itu hanya memori kehidupan lampau yang terbawa hingga sekarang.”

Kuncinya Pengertian

* Cerita Agnes, meski tidak sedetail seperti yang ia alami, bukanlah rekaan. Banyak orang telah mengalaminya.

Sebutlah Nano yang sembuh dari sakit kepala menahun setelah tahu bahwa dulu ia tentara Jerman yang mati tertembak. Atau, Aline yang tidak lagi memiliki keluhan nyeri di leher bagian belakang setelah tahu bahwa dulu ia mati dipenggal.

Anda mungkin tidak percaya. Bisa jadi karena terapi model ini masih sangat jarang dikerjakan di Indonesia dan tidak banyak orang yang bisa melakukannya. Namun, bila kita membaca buku-buku karya para penulis (umumnya psikiater) dari luar negeri, khususnya dari Amerika Serikat dan Eropa, dan berselancar di internet, akan banyak ditemui cerita mengenal terapi yang disebut past life therapy ini.

Beberapa penulis seperti Brian L. Weiss, MD, dengan bukunya yang terkenal Many Lives, Many Masters, Through Time Into Healing, Only Love Is Real, Michael Newton, Ph.D. dengan bukunya Journey of Souls, Destiny of Souls, dan pakar hypnotherapi dari Selandia Baru, Richard Webster, dengan bukunya Practical Guide to Past Life Memories, Soul Mates; Relationships Across Time, banyak bercerita dan mengulas persoalan terapi dengan memasuki kehidupan lampau ini.

Terapi past life, menurut Brian Weiss, Kepala Departemen Psikiatri di Mount Sinai Medical Center, Miami Beach, Florida, AS, dan penulis buku past life yang telah diterjemahkan dalam 30 bahasa, adalah teknik penyembuhan yang melibatkan klien untuk kembali mengalami kehidupan masa lalunya, entah saat masa kecil, saat di kandungan, dan terutama saat ia hidup di berbagai kehidupan yang berbeda dengan hidupnya kini, bisa ratusan bahkan ribuan tahun lampau.

Menurut Brian, kebanyakan orang memasuki hidup lampaunya lewat hipnosis. Beberapa cara lain bisa juga ditempuh, misalnya meditasi atau pengalaman spontan seperti déjà vu (bila orang merasa pernah bertemu atau kenal dengan suatu tempat atau orang tertentu, padahal sebelumnya tidak pernah bertemu atau berkunjung). Mimpi bisa jadi cara untuk mengalami past life.

Seperti yang dialami Agnes, terapi past life yang dijalankan Brian dapat membantu orang untuk menghilangkan gejala-gejala kronis lainnya seperti fobia, kepanikan, mimpi yang menyeramkan, takut akan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan, kegemukan, relasi yang cenderung rusak dan berulang dengan orang lain, sakit fisik, dan penyakit tertentu yang tak tersembuhkan.

Past life, menurut Brian, membuat orang kembali sadar dan ingat akan pengalamannya. Pengalaman itu muncul dengan sendirinya tanpa diperintah. Ketika sampai pada suatu masa, kita akan bisa melihat, merasakan hati, dan ikut terlibat dengan diri sendiri atau orang-orang yang kita lihat dalam rekaman film pikiran kita itu.

Ingatan ini akan menjadikan orang mengerti betul apa yang dialaminya. “Mengerti adalah kunci terapi ini. Pengertian ini yang menyembuhkan. Pengertian melenyapkan ketakutan dan membuka jendela di mana cinta akan muncul dan melenyapkan segala keraguan dan kecemasan serta menyegarkan jiwa dan memelihara relasi,” ungkap Brian.

Yang hendak dituju terapi ini yakni mengingat dan membangkitkan masa lampau kita, hingga segala trauma lenyap dengan sendirinya.

Tak Perlu Percaya Reinkarnasi

* Untuk mengalami terapi ini, Anda tidak perlu percaya reinkarnasi.

“Jika Anda mau, Anda bisa percaya bahwa segalanya merupakan kiasan dan terapi tetap bisa berjalan,” ujar Brian.

Satu contoh kisah datang saat musim semi tahun 1996. Waktu itu Brian berada di sebuah pertunjukan Maury Povich. Ia memberikan terapi regresi seperti biasa pada beberapa orang. Kamera televisi merekam aktivitas itu. Salah seorang yang ikut sesi regresi bernama Jim, musisi yang juga veteran perang Vietnam.

Brian sama sekali belum pernah bertemu Jim. Setelah diberi penjelasan mengenai apa yang hendak dilakukan dan kamera siap menyorotnya, Jim menyatakan bahwa dia belum pernah dihipnosis dan tidak pernah punya pengalaman dengan terapi past life, apalagi tahu dan percaya soal reinkarnasi, tetapi dia ingin mencoba.

Beberapa menit kemudian, Jim sudah berada dalam kondisi terhipnosis. Ia tidak terganggu oleh adanya kamera. Lalu, mulutnya mulai mengeluarkan kata-kata, “Saya sedang menunggang kuda dan saya adalah seorang tentara.”

“Kami berada di Dakota.. .Ada banyak Indian dan kami hendak disembelih oleh para Indian itu.. . .Saya sedang mencoba meyakinkan istriku bahwa kami mati dengan hormat .... meski tampaknya tidak demikian.”

Air mata mulai mengalir ke pipi Jim. Kesedihan dan kemurungannya tampak sekali di wajahnya.

“Ada Gary di sana,” tambah Jim. Seulas senyum muncul di mukanya yang sedih. Gary adalah sahabat Jim dalam kehidupan sekarang.

“Kamu mengenalinya?” tanya Brian. Ya,” jawab Jim, “temanku Gary”.

“Apakah dia juga satu kelompok dengan kalian?’ tanya Brian.

“Ya,” senyum tampak di wajah Jim sambil air matanya terus mengalir.

‘Oke,” tambah Brian “Apakah kamu tetap hidup?’ tanya Brian.

"Tidak!”

“Apa yang terjadi padamu?’

“Mereka mengambil rambutku, menguliti kepalaku,” jawab Jim.

“Apa yang kau lihat?’

Suara Jim kian sedih. “Sungguh mengerikan....menyedihkan.”

Setelah Brian selesai dengan sesi singkat itu dia bertanya, “Apa yang sekarang bisa kamu pelajari dari semua itu?” Sejenak diam, sambil sedikit mengingat pengalamannya yang luar biasa, Jim menjawab, kadang dia menjadi korban, kadang menjadi pembunuh. Akhirnya terdengar kata-katanya, “Hidup begitu suci dan tidak ada alasan untuk membunuh siapa pun!”

Jadi, meski Jim tidak percaya reinkarnasi atau belum pernah ikut sesi past life, dia tetap saja mengalami. Bahkan, lewat proses mengingat dan mengerti pengalamannya di akhir abad ke-19 itu, Jim mendapatkan pencerahan. Ia sadar bahwa hidup ini suci.

Terapi ini tak hanya menyembuhkan fisik, tetapi juga mental dan jiwa kita, lewat bangkitnya kesadaran yang lebih tinggi mengenai hidup.
Glenn Ford ¨C Kemampuan bahasa asing yang misterius.
Salah satu kasus yang tercatat adalah Glenn Ford, seorang bintang Hollywood yang terkenal. Dalam keadaan terhipnotis, ia mengingat kembali 5 kehidupan masa lalunya ¨C salah satunya adalah sebagai seorang anggota pasukan berkuda Prancis saat di bawah pemerintahan Louis XIV.
Hal yang mengejutkan adalah bahwa meskipun Ford berkata bahwa ia hanya tahu sedikit kata-kata dalam bahasa Perancis, saat dalam pengaruh hipnotis dia berbicara dalam bahasa Perancis dengan lancer/mudah saat menggambarkan kehidupannya.
Dan saat rekaman regresi ini dikirim ke UCLA (University of California), mereka menemukan bahwa Ford tidak hanya berbicara bahasa Perancis dengan lancar, kenyataannya adalah ia berbicara dengan dialek orang Paris dari abad ke 17.

Glenn Ford?.. adalah seorang actor holywood kelahiran Kanada.

Jane Evans - unexplained knowledge of 12th century Jewish history
Jane Evans, seorang ibu rumah tangga di Wales, setuju kalo saat-saat regresi kehidupan lampaunya di filmkan oleh Amell Bloxham seorang praktisi hypnoterapi yang di hormati dan sebagai presiden dari the British Society of Hypnotherapists
Ia semula berkonsultasi dengan Amel Bloxham tentang penyakit rematiknya dan dalam pengaruh hipnotis, ia menceritakan 7 kehidupan lampaunya?. Termasuk salah satunya ¨C dimana pristiwa regresi itu di tampilkan di televisi ¨C di mana ia memperkenalkan dirinya sebagai seorang wanita Yahudi yang hidup di kota York pada abad ke 12 di Inggris.

Ia menjelaskan banyak detil-detil kehidupan orang Yahudi pada waktu itu dan bagaimana ia dan orang-orang Yahudi local dipaksa untuk menggunakan lencana/tanda sebagai identitas mereka.

Profesor Barrie Dobson, seorang ahli sejarah Yahudi di York University, di undang untuk mengecheck informasi dari memori Jane Evans. Professor Dobson mendapatkan bahwa gambaran Evans tentang kehidupan orang Yahudi di abad 12 keakuratannya sungguh mengesankan dan kenyataannya Dobson yakin bahwa beberapa detil yang diceritakan Evans hanya diketahui oleh sejarahwan professional. Bagaimanapun ada juga beberapa hal yang kelihatannya kurang tepat. Pertama, bukan sampai abad ke 13 (tepatnya 1215) bahwa otoritas gereja di Roma memutuskan bahwa orang-orang Yahudi di negeri Kristen harus memakai tanda pengenal khusus. Kedua, dari gambaran Janes, gereja yang diceritakan dulunya sebagai St. Mary¡¯ Castlegate, tapi tidak memounyai ruang bawah tanah.

Bagaimanapun juga, penyelidikan lebih jauh mengungkapkan bahwa praktek pemakaian tanda pengenal khusus oleh orang Yahudi sudah menyebar jauh ke Inggris selama abad ke 12 sebelum keputusan gereja. Kemudian yang menakjubkan lagi, beberapa bulan kemudian, saat renovasi gereja (St. Mary Castlegate) dilakukan, sebuah kamar/rongga yang disegel/ditutup rapat ditemukan di bawah lantai yang kelihatannya dulu adalah ruang bawah tanah ¨C sungguh sebuah fenomena yang jarang ada untuk sebuah gereja di wilayah itu.

Jadi, regresi dirinya tidak hanya memperjelas detil-detil tersembunyi yang semula cukup akurat secara sejarah, tetapi juga memberikan informasi baru bersejarah yang sebelumnya tidak tercatat dalam sejarah.

Jenny Cockell - did she find her children from a past life?

Jenny Cockell sebelumnya selalu dihantui oleh mimpi seperti ingatan dari kehidupan lampau di mana ia hidup sebagai orang wanita Irlandia muda yang bernama Mary Sutton ¨C yang sudah meninggal dua decade lampau sebelum Cockell lahir, meninggalkan 8 orang anak.
Setelah bertahun-tahun meyelidiki petunjuk-petunjuk yang di berikan dalam ingatannya, akhirnya ia menemukan anak-anak Mary Sutton dan menulis buku mengenai pengalamannya itu, Across Time and Death : A Mother Search for Her Past Life Children.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar